Kisah Heroik Sahabat Nasibah bint Ka'ab


Nasibah bint Ka’ab
            Nasibah bint Ka’ab adalah sosok perempuan dari Bani Najar suku Khazraj kota Madinah. Ia merupakan salah satu Anshoriyyat yang pertama kali beriman dan berbai’at kepada Rasulullah SAW pada waktu baiat Uqbah Kubro yang dimana pada saat itu jumlah yang berbai’at ada 70 orang laki-laki dan hanya 2 orang perempuan yaitu Nasibah bint Ka’ab (Ummu Umarah) dan Asma’ bint Amru (Ummu Mani’).  
            Ketika kaum muslimin keluar untuk berperang belawan musuhnya pada perang Uhud, turut ikut bersama mereka sejumlah perempuan diantaranya Ummu Umarah. Dia bertugas membawa kantong berisi air dan berkeliling untuk memberikan minum kepada tentara-tentara kaum muslimin yang kehausan di medan perang. Dia juga membawa kain yang diikat di pingganngnya yang digunakan untuk membalut luka para tentara muslimin. Pada saat perang berlangsung Ummu Umarah mengawasi peperangan dengan sangat teliti sampai akhirnya ia melihat kemenangan kaum muslimin. Betapa bahagianya melihat kemenangan tersebut dan hatinya menjadi lega. Namun, kemenangan yang menyenangkan tersebut seketika itu juga sirna menjadi kekalahan, setelah  kaum muslimin tidak mengindahkan perintah Rasulullah SAW. Para pasukan kaum muslimin tidak lagi berada di tempatnya masing-masing, hal ini membuat pergerakaan kaum muslimin menjadi tidak teratur dan tidak lagi dalam satu barisan kokoh. Para sahabat berlari terombang-ambing dari barisan sampai tidak ada lagi yang berada di dekat Rasulullah SAW untuk melindungi beliau kecuali hanya 10 orang sahabat laki-laki dan seorang wanita yaitu Ummu Umarah yang selalu tetap berada melindungi Rasulallah SAW. Pada saat itu Rasulullah SAW memalingkan wajah beliau ke seorang sahabat dan menyuruhnya untuk melemparkan pedangnya kepada Ummu Umarah. Maka Ummu Umarah pun dengan sigap mengambil senjata yang dilemparkan kepadanya untuk berperang. Siapa saja yang berani mendekati Rasulullah SAW maka Ummu Umarah langsung menghadapinya dengan tangguh. Dalam waktu yang sangat genting tersebut hanya sedikit saja sahabat yang tersisa bersama Rasulullah SAW diantaranya adalah Ummu Umarah beserta suami dan anaknya. Semua anggota keluarga Ummu Umarah tetap teguh melindungi  Rasulullah SAW karena ketaatannya kepada janji yang telah dikatakan kepada beliau disaat semua orang menyelamatkan diri mereka sendiri padahal dari mereka ada yang terkenal dengan kekuatannya yang tangguh  dan terkenal akan kepahlawannanya ketika berperang namun ketika saat itu mereka terpontang-panting melarikan diri dan tertimpa ketakutan yang sangat dahsyat. Maka yang tetap tinggal bersama Rasulullah adalah mereka yang tergolong benar-benar memiliki kekuatan lahir maupun batin dari sedikit kaum laki-laki dan tentunya Ummu Umarah.
            Suasana perangpun semakin memburuk, para sahabat membuat lingkaran untuk melindungi Rasullullah SAW.  mereka memukul dengan pedang, melucuti dengan tombak dan memanah dengan panah mereka, tidak ada kata lelah untuk tangan mereka, dan pengelihatan mereka tak sedikitpun berpaling, mereka semua berperang dengan tangguh dan mengembalikan kaum kafir dengan kekalahannya. Sedangkan Ummu Umarah sendiri dalam kekuatan yang memuncak untuk melindungi Rasulullah. Ia berperang menggunakan pedang dan juga panah. Begitupula suami dan anaknya ditimpa musibah yang sangat berat dalam keadaaan peperangan untuk melindungi Rasulullah SAW. anaknya yang bernama Abdullah ibn Zaid terluka pada bagian lengannya yang kiri akan tetapi dia tidak menghiraukan lukanya dan meneruskan peperangannya. Rasulullah SAW pun melihat darah yang mengalir dari lukanya, kemudian beliau berkata:”Obatilah lukamu Hai Abdullah !”. lalu Ummu Umarah mendengar perkataan Rasulullah SAW dan ia langsung menuju anaknya dan mengobatinya kemudian ia berkata kepada anaknya:” Bangkit kembali anakku, kalahkanlah kaum kafir itu”.
            Rasulullah SAW. pun terkagum mendengar perkataan tersebut, kemudian beliau SAW berkata kepadanya:”Siapa yang lebih mampu dari kemampuamu hai Ummu Umarah!”. Maka dihadapkanlah kepadanya orang yang telah membuat anaknya terluka dan Rasulullah SAW berkata kepadanya:”Hai Ummu Umarah, inilah lelaki yang telah memukul anakmu”. Maka ummu Umarah langsung menghadapinya, ia memukul betis dari lelaki tersebut dan seketika itupun langsung terjatuh. Para sahabat yang lain datang untuk membantunya sampai lelaki tersebut tidak bernyawa lagi. Rasulullah SAW pun tersenyum melihatnya dan berkata:”Kau saat ini berkuasa ya Ummu Umarah”.
            Salah seorang dari kaum kafir yaitu Ibnu Qomi’ah mencoba untuk menyerang Rassulullah SAW, ia berkata:”Beritahukan aku dimana Muhammad!? Aku tidak akan menang kalau dia masih hidup” Maka dengan sigap Ummu Umarah langsung menyerangnya akan tetapi kali ini Ummu Umarah terkena pedang pada bahunya sampai mengeluarkan banyak darah. Rasululllah SAW melihat kejadian itu dan langsung memanggil anak Ummu Umarah:”Hai Ibn Umarah ibumu terluka, cepat obati dia, semoga Allah memberkati keluarga kalian”. Ummu Umarah yang mendengar perkataan Rasulullah tersebut langsung menengok kepada beliau dan berkata;”Ya Rasulallah, doakan kami agar bisa menemanimu di surga nanti”. Maka Rasulullah pun menjawab:”Ya Allah jadikan mereka sahabatku di surga-Mu kelak”.          
            Begitu banyak peperangan yang diikuti oleh Ummu Umarah bersama Rasulullah SAW, ia  mengikuti peperangan bersama sahabat perempuan yang lain dalam pasukan tentara muslimin,  memberi minum tentara yang kehausan, mengobati tentara yang terluka, menyiapkan segala pealatan yang dibutuhkan tentara muslim, dan terkadang ikut berperang ketika waktu yang sangat darurat seperti yang terjadi dalam perang Uhud. Tercatat beberapa peristiwa penting yang diikuti Ummu Umarah, seperti:  Hudaibiah, Khaibar, Umrah Qodiah, Hunain dan Bai’at Ridwan.
            Ketika muncul seseorang yang mengaku  dirinya nabi yaitu Musailamah al-Kazzab yang berasal dari Yamamah, Rasulullah SAW  mengutus Habib ibn Zaid anak dari Ummu Umarah untuk membawakan surat kepada Musailamah. Ketika sampai disana, Musailamah tidak memperlakukan Habib sebagaimana perlakuan seseorang terhadap utusan yang diberikan amanah yaitu menjaga keselamatannya. Akan tetapi Musailamah berkata kepada Habib:” Apakah kamu bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?” Habib menjawab:”Tidak!” kemudian Musailamah berkata lagi:” Apakah kamu percaya bahwa Muhammad utusan Allah?” Habib pun berkata dengan tegas:”Tentu, aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah”. Seketika itu Musailamah langsung mengikat tangan dan kaki Habib dengan erat dan memotong sedikit demi sedikit bagian tubuh Habib seraya berkata:”Apakah kamu bersaksi bahwa aku adalah utusan Allah?” Habib masih menjawab dengan kesakitan:”Tidak! Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah sebenar-benar utusan Allah”. Musailamah pun semakin ganas memotong bagian tubuh Habib yang lainnya sampai akhirnya ia mati syahid di jalan Allah dengan keimanan yang sangat kokoh seperti  kokohnya gunung diatas bumi.
            Kabar atas pembunuhan Habib sampai kepada Ummu Umarah, seketika itu ia langsung mengucapkan kalimat istirja’,  menyerahkan segalanya kepada Allah dan berjanji untuk membalas Musailamah terhadap apa yang telah diperbuat kepada anaknya. Hari-hari pun berlalu, Habib telah berpulang ke sisi Allah dengan tenang. Di suatu sisi yang lain, sebagian penduduk Arab banyak yang keluar dari islam dan perkara Musailamah pun semankin menjadi-jadi. Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq pun bertindak cepat mengatasi masalah ini dengan cara mengirim pasukan untuk membasmi kaum murtaddin. Kesempatan ini digunakan Ummu Umarah unruk membalaskan dendam anaknya terhadap Musailamah al-Kazzab. Pertempuran pun memanas, Ummu Umarah yang ada dalam pasukan muslimin ikut memerangi para musuh Allah dengan pedangnya sampai ia terluka dan dan berdarah. Namun, ia tidak berhenti sampai disitu, semua perkataan dan nasihat yang ia dengar tidak menggoyahkan hatinya sedikitpun untuk beristirahat dalam peperangan. Tidak pula peduli dengan begitu banyak luka yang tergores di tubuhnya, semua tidak berarti apa-apa baginya karena ia selalu terbayang-bayang kepada Habib anak kesayangannya  yang dibunuh dengan kejam oleh musuh Allah, Musailamah al-Kazzab.
            Pada peperangan melawan kaum murtad tersebut turunlah pertolongan Allah kepada kaum muslimin sehingga kejayaan agama islam tegak kembali. Ketika itu banyak tentara muslimin mengepung Musailamah, mereka semua ingin mendapatkan kemuliaan dari Allah dengan cara membunuhnya dan tujuan lainnya adalah membebaskan kaum muslimin dari pengaruh jahatnya. Ada beberapa sahabat terlihat ikut dalam penyerangannya diantaranya Wahsyi ibn Harb yang menikamnya dengan tombak, ada juga Abdullah ibn Zaid anak dari Ummu Umarah ia mencekam Musailamah dengan pedangnya. Dan banyak lagi sahabat yang lain ikut dalam pembunuhan Musailamah al-Kazzab , mereka semua ingin menghumuskan pedangnya ke tubuh sang pembohong  yang telah menyebabkan banyak pertumpahan darah dan menyebarkan kekafiran diantara semua manusia. Pada akhir peperangan sampailah Ummu Umarah kepada orang yang telah membunuh anaknya dengan kejam. Ia menemukannya dalam keadaan tercincang dan tercabik-cabik. Setelah kejadian itu hati Ummu Umarah pun kembali pulih dan pengelihatannya kembali nyaman melihat kematian orang yang telah membunuh anaknya.
            Kaum muslmin langsung memberi pertolongan kepada Ummu Umarah yang dimana keadaanya yang sangat memperihatinkan. Tangannya terpotong, luka-lukanya mengeluarkan banyak darah namun ia tetap tegar. Dari sinilah para sahabat teringat akan perkataan Rasulullah SAW:” Siapa yang lebih mampu dari kemampuanmu hai Ummu Umarah!”. Maka para sahabat yang lain berlomba-lomba untuk mengobati luka dan mengurus keperluan Ummu Umarah. Pasukan muslimin pun kembali ke Madinah, mereka disambut oleh Khalifah Abu Bakar dengan bahagia dan terharu. Khalifah Abu Bakar menanyakan keberadaan Ummu Umarah setelah itu ia tetap mengunjungi dan dan memenuhi kebutuhannya.
            Ketika kursi kekhalifahan menjadi milik Umar ibn Khattab, beliau mengkhususkan perlakuan    terhadap Ummu Umarah dengan sangat intensif. Sampai pada suatu hari Khalifah ditanya tentang perlakuannya yang berlebihan terhadap Ummu Umarah. Maka beliau menjawab dengan perkataan Nabi SAW:” Aku tidak menengok ke kiri dan ke kanan melainkan ketika itu aku melihatnya (Ummu Umarah) berperang melindungiku”. Bukankah ini menjadi kewajiban untuk kita agar memberikan perhatian yang lebih kepadanya sebagaimana yang Rasulullah SAW lakukan terhadapnya.  Tamat
           
~Terjemah dan Penambahan kata seperlunya~
Sumber: Kitab Silsilatul Azhar li Ta’lim al-Lugoh al-‘Arobiyah lighairi Nathiqin biha. al-Mustawa  al-Mutaqoddim. Jilid 2. Halaman 271
Muhammad Zial Haq
Jumat, 6 April 2018



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Rihlah Ilmiah Imam Syafi'i